Rabu, 26 Januari 2011

Bhagavadgita



Sesungguhnya bagavdgita merupakan sebuah “nyanyian suci”seperti dikatkan oleh Sir Edwin Arnold dalam terjemahanya kedalam bahasa inggris “the song celestial” (nyanyian sorga) atau oleh Edward J.Thomas “The song of the lord” (nyanyian tuhan) . Nyanyian suci ini di gubah dalam benutk syair dalamm bahasa sansekertayang sederhana tapi indah, melukiskan suatu dialog tentang ilmu pengetahuan budi pekertidengan unsur-unsur dramatis  antara teman seperjuangan hidup dengan temannya. antara seorang Siswa dengan Gurunya, antara Arjuna dengan SriKrisna.
Lebih jauh para cendikiawan barat menyatakan bahwasanya Bhagawadgita,dilihat dari ajarannya tidak ubahnya dengan ‘new Testament’. Memang benarlah anggapan ini, sebab bagi umat yang beragama Hindu Bhagawadgita adalah sebuah kitab suci yang mendukung dalam dirinya ajaran –ajaran kebenaran yang hakiki.
kitab suci bhagawadgita terdiri dari 700 sloka dalam 18 Bab, yang dalam garis besarnya terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian  I - VI melukiskan disiplin kerja tanpa mengharapkan buah hasilnyadan sifat jiwa yang ada dalam badan kita ini.bagian kedua Bab VII – XIImengutarakan disiplin ilmu pengetahuan dan kebaktian kepada Brahman yang maha Esa. dan bagian ketiga Bab XIII – XVIII menguraikan kesimpulan daripada kedua bagian yang terdahulu dengan disertai disiplin pengabdian seluruh jiwa – raga dan kegiatan kerja untuk dipersembahkan kepada Brahman yang kekal abadi.keselurhan isi kitab bhagawadgita ini adalah merupakan bagian daripada Bhishmaparva (yaitu buku keVI epos Mahabarata, yang merupakan yang meruakan kitab suci Veda yang ke-V setelah rigveda,Samaveda, Yayurveda dan Atharvaved). yakni Bab-bab XXIII – XL Bhismaparva tersebut.dilihat dari segi konstruksi bahasanya dan referensi yang digunakan dalam dialog antara Arjuna dan Sri Khirsna dalam kitab suci ini. para cendikiawan berpendapat bahwa kitab suci Bhagavadgita disusun jauh sebelum tahun masehi. lebih-lebih ia merupakan bagian dari epos besar Mahabharata, yang menurut para ahli orisinilnya lahir pada tahun 450 – 400 sebelum masehi,maka orisinal Bhagadita sudah tentu lahir pada tahun-tahun itu juga.( lihat Ch. larssen: INDISCHE ALTERTHUM SKUNDE ).
Disimpulkan dari pendapat-pendapat para sarjana dan cendikiawan baik dari barat maupun dari timur,bentuk dan isi dari kitab suci Bhagavadgita yang merupakan bagian dari epos besar mahabharata,yang sekarang ini, adalah hasil pemikiran dan visi religi Hindu antara tahun 400 sebelum masehi dan tahun 400 sesudah masehi, dan tidak mungkin sebelum dan sesudah jangka waktu tersebut. Seperti halnya epos besar Mahabharata, para ahli sejarah dan agama bersama-sama menyimpulkan bahwasanya  kitab suci Bhagavadgita  adalah ciptaan bagawan vyasa yang dengan mata kepala sendiri ikut menyaksikan peperangan hebat di medan kuruksetra antara balatentara korawa dan pandawa dan juga menyajikan dialog antara Arjuna dan Sri Krisna yang menjadi intisari pemikiran dalam kitab ini.Bagawan Vyasa yang nama lengkapnya adalah krishna dvaivayana vyasa adalah seorang resi, murni seorang pengarang, penyair,penyusun dan pencipta ajaran-ajaran suci dan keagamaan. Brahma sutra yaitu kitab suci tentang Brahman yang absolute juga adalah buah ciptaan bagawan vyasa.
sejak Sankaracharya hingga diabad ke-VIII tahun masehi (788-826) sampai jaman sekarang ini sudah banyak ahli falsafah dan agama memberikan tafsir mereka terhadap kitab suci Bhagavadgita antara lain :Ananda Jnana,Ramananda,Yamunacharya,Ramanuja (788-1137), Madhva (1199-1276). Nimbarkadan Vallabhacarya,Sridaraswami,dan Anandagiri serta sampai abad ke-XX yaitu yogi Sri Aurobindo (penganjur kesatuan dunia dan kemanusiaan) dan Mahatma Gandhi ( pelopor perjuangan kemerdekaan tanpa kekerasan : ahimsa). dari ahli tafsir yang klasik,yang terkenal dan paling penting adalah Sankaracharya,dan Madhvamasing-masing sebagai pemimpin ajaran Advaita (non dualisme),Vishishtadvaita (non dualismeyang lebih spesifik) dan Dvaita (dualism). dilihat dari segi metodologidan epistemologipenafseran bhagavadgita oleh Sankaracharyalebih condong kepada falsafah, sedangkan Ramanuja dan Madvhamenafsirkan Bhagavadgita dengantekanan kepada soal-soalketuhanan yang raligius. hal ini dapat dimaklumi,sebabdijamanya Sankaracharya masih hidup, kehudupan keagamaan terancamoleh adanyakekacauan pengertian tentang kebaktian kepada Tuhan Yang Maha Esa dan persembahan ritulkepada dewata di kayangan.
Dari segi falsafah, penafsiranBhagavadgitaoleh sankaracharya adalah bermutu sangat tinggi,tetapi Bhagavadgita bukanlah semata-mata suatu naskah falsafah, melainkansebuah kitab suciyang merupakan dhrma sastra (buku petujukuntuk berbuat yang benar). inilah yang ditafsirkan oleh Ramanuja dan Madva.di tinjau darikeseluruhannya, tidaklah banyak adegan-adeganyang terlukiskan secara dramatis dalam kitab suci Bhagavadgita ini.Sri Krisna dan Arjuna, dimana Sri Krisna bertindak sebagai Guru spiritual yang Sucidan Arjuna sebagai penganut ajarannya yang setia :Engkau adalah bapak dari yang bergerak dan yang tiada, tujuan memuja,guru yang mulia,tiada bersanya(XI.43)dan lagi: Hatiku lemah,pikiranku kacau balau tentang tugas dan kewajiban,dan bertanya pada-Mu,terangkanlah padaku dengan pasti mana yang lebih baik, aku muridmu,pada-Mu aku berlindung,tunjukan pada ku!”(II.7).dan sebaliknya sri Krisna menyatakan Dirinyasebagai Avatara yang telah bersatu dengan Brahman, Jiwa yang kekal abadi: terbebas dari hawa nafsu, takut, dan benci bersatu dan berlindung pada-ku,dibersihkan oleh kesucianbudi-pekerti,bayak yang telah mencapai diri-Ku (IV.10).
Bhagavadgita adalah mutiara dari semua bentukdan aliran falsafahdan agama yang terdapat dalam kepercayaan hindu, mengandung kebenaran metaphisika dalam berbagai aspeknya serta mengemban tiap bentuk pemikiran,pelaksanaan dan disiplin agama. ia merupakan synthesedan toleransi terbesar dari bebagai aliran pemikiran. Tuhan adalah tidak terbatas, demikian pula tidak terbatasnya aspek-Nya. oleh karenanya tidak pula terbatas jalan untuk mencapai-Nya.seprti apa yang telah dinyatakan oleh Sri Krisnakepada Arjuna:”Jalan manapun ditempuh manusia kepada-Kusemuanya Ku terimadari mana-mana merka menuju jalan-Ku, oh Parta”(IV.11).
Justru karena ia merupakan synthesedan toleransi yang terbesarlah maka bagi pemikiran barat Bhagavadgita kelihatanya agak ganjil, sebab cara pelasanaanya diserahkan kepada pilihan seseorang. lebih ganjil lagibagi pandangan barat,dimana dalam masyarakat hindu yang tertuntun rapi namun setiap orang mencari jalanya sendiri untuk member artikepada hidupnya dan untuk melepaskan  dirinya dari belenggu karmapala di dunia inidengan jalan kerohanian yang dimilikinya namun demikian bhagavadgita menekankan ilmu pengetahuan tentang jiwaatau Tuhan yang maha Esa, yang merupakan tujuan terakhir dari hidup ini. sebab semua agama semua ajaran kebajikan dan semua etika moralbersumber pada jiwa atau Tuhan Yang Maha Esa itu.tidak ada suatu agama yang mengatasinyadan tidak suatu agamapun akan mempunyai arti kalau tidak bias menolong kemanusiaan untuk mengangkat kesadaranya di dalam suatu konflik baathin kalau Tuhan Yang Maha Esa tidak menyinari jiwanya. maka itu sebagai pesan terakhir Sri Krisna berkata kepada Arjuan :”Pusatkan pikiranmu kepada-Ku,berbakti kepada-Ku,sembahlah Aku,engkau akan tiba pada-Ku,Aku berjanji setulusnya kepadamu sebab engkau Ku-kasihi.setelah meninggalkan tugas kewajiban semua datanglah hanya kepada-Kuuntuk perlindungan,janganlah berduka,sebabaku akan bebaskan engkau dari segala dosa”(XVIII.65 dan 66).karena itu pulalah Bhagvadgita juga disebut Upanishad,yaitu ilmu pengetahuan tentang Brahman Yang Maha Esa.tetapi mebaca Bhagavadgitaharuslah disertai oleh sembahyang-meditasidan pengalaman spiritual. salah satu dilupakandari padanya untuk meresapkanBhagavadgitatidaklah ada artinya.disiplin budi adalah merupakan suatu keharusan,sine quo non.berkatalah Sri Krisnakepada Arjuna :’Orang aarif bijaksan melihat semuanya sama baik Brahman budiman dan rendah hati, maupun seekor sapi,gajah dan anjing ataupun orang hina-papa tanpa kasta”.(V.18).dari pandangan yang suci inilah terlahir rasa persaudaraan diantara sesame manusia,rasa kasih saying diantara sesame mahluk semua, karena sadar bahwa Tuhan bersemayam dalam badan-jasmanitiap manusia:’Tuhan yang berdiam di hati setiap insane menyebabkan mereka semua berputar,oh Arjuna,beredar dengan prisip kekuatanmaya-Nya,seolah-olah beredar diatas mesin belaka”(XVIII.61)
Sesungguhnya Bhagavadgita mengajarkan agar mampunyai pandangan dalam hidup ini, yaitu bahwasanya nilai kehidupan seseorang hendaknya dilihat dari segi betapa svadharma yang ada padanya dilaksanakanya selama ia masih berada ditengah-tengah masyarakatnya. Svadhrma atau tugas-kewajibanhidup untuk mencapai kebenaranseseorang membedakan ia dari orang lainya, dan perbedaan initidak terletak pada kekayaan harta bendanya,kelahiranya,atau tingkatan pangkat jabatanya yang ia pangku selama ini. Perbadaanini,menurut Bhagavadgita terletak pada :kebaktianya terhadap tuhanya, Nusa-bangsanya,dan mayarakat-lingkungannya. Bhagavadgita memberi jalan kepad kita untuk berbakti, yang boleh dipilih menurut kemampuan dan kesadaran kita masing-masing, yaitu dengan jalan yoga biasa,dengan jalan ilmu pengetahuan,dengan jalan meditasi,dengan jalan tindakan(kerja) tanpa mengharapkan hasil keuntungan dan dengan jalan kedamaian hati.tapi jalan manapun yang akan ditempuh “kerja harus tidak dilaksanakan sebagai suatu dosa” dan “melakukan upacara ,sedekah dan tapbbrata jangan diabaikan “ (XVIII.3)
tindakan (kerja) apapun yang kita laksanakan haruslah ditujukan kepada kebaktian kepada Tuhan pensuci karmapala kita dimasa yang yang lampau: “Dia yang bekerja mempersembahkan kerjanya kepada Brahman,tanpa motif keinginan apa-apa tidak terjamah oleh dosa-papa,bagaikan air meluncur didaun teratai”(V.10) dengan perasaan yang lapang, terlepas dari dosa papa,hawanafsu,kemarahan dan kelobaan, tiada lagi memiliki perasaan “Aku”dan “Punjaku”kita bias mencapai kedamaian alam jiwa kita.seperti kata Sri Krisna kepada Arjuna:”orang yang mengenyahkan semua nafsunya dan melangkah bebas tanpa keinginan enyah dari perasaan “Aku”dan “punjaku” mencapai kedamaian dalam jiwanya”(II.71).
dalam hidup yang serba sulit,penuh dengan tragedy dan dilemma yang mematahkan semangatjuang hidup seseorang, tidak jarang tempat berkonsultasi dan mohon perlindungan dibutuhkan secara mutlak, seperti halnya Arjuna tatkala menghadapi konflik jiwa, dimana ia diharuskan membunuh sanak keluarganya, saat hatinya merasa lemah,pikiranya kacau balau,ngeri dan sedih memikirkan akibat kemusnahan perang yang dihadapinya. berkatalah Sri Krisna menenangkan pikiran Arjuna:”Engkau berduka bagi mereka yang tak patut kau sedihi, namun engkau bicara tentang budi pekerti,orang budimantidak akan bersedih baik bagi yang hidup maupun yang mati.setelah memakai badan ini dari masa kecil hingga muda dan tua,demikian jiwa berpindah kebadan lain. ia yang budiman tidak akan tergoyahkan.(II.11 dan 13).
itulah sebabnya kitab suci Bhagavadgita ini dimulai dengan suatu adegan yang melukiskan duabesar bersenjata lengkap siap untuk bertempur di medan kuruksetra.diman Arjuna disertaioleh Krisna sebagai pengemudi keretadan guru spiritualnya sedang mengadakan inspeksi kesiap siagaan pasukanya. kekejaman perang dan terror kematian terbayang dalam pikiran Arjuna yang menyebabkan ia menggigil bukan karena takut tapi disebabkan oleh rasa duka dan dosa yang mendalam.mengetahui perasaan Arjuna yang demikian Sri Krisna berkata “Dari mana datangnya duka dan rendah hati ? pada saat-saat kritis seperti ini ,semangat bukan orang ksatrya,tidak luhur dan memalukanoh Arjuna”(II.2) kesan yang pertama yang ditimbulkan oleh ucapan Krisnabuat pertamakalinya buat Arjuna adalah suatu tanda Tanya,bagaimana seorang guru spiritual agung menganjurkan kekerasan perang ?tetapi setelah kita melanjutkan membaca akan kita temukan intisari kebenaran suci yang oleh Krisna diajarkan kepada Arjuna.bahwasanya untuk mencapai hidup yang kekal –abadi dan kedamaian yang langgeng orang harus menempuh jalan menuju pemutusan pikirankesucian, bertindak tanpa mengharapkan pahala keuntungan kerja dan dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan yang maha tau :Inilah tingkat kesulitan,Oh parta,dia yang telah mencapai tingkat iniwalau maut tiba,tiada tiada bingung dan mencapai nirwana bersatu dengan Brahman”(II.72).
bila direnungkan dalam-dalam adegan yang melukiskan dua pasukan yang sedang berhadap-hadapan siap untuk bertempur, yaitu kurawa dibawah pimpinan Duryodana dan sekutunya di satu pihak dan pandawa dibawah pimpinan Arjuna dan sekutunya dilain pihak maka kita dapat memahami apa yang dimaksudkan oleh Krisna “badan ini dinamakan Kshetra”yaitu suatu medan, lapangan dimana segala peristiwa berlangsung. bukankah medan kuruksetra, di atas lapangan mana kedua belah pasukan siap bertempur juga merupakan suatu simili(pebandingan) yang luar biasa dalam artinya? medan kuruksetra yang dilukiskan oleh Bagawan Vyasa dalam kitab suci Bhagavadgita ini tidak dapat disangsikan lagi arti kiasannya selain badan jasmani kita ini dimana naluri dan watak manusia yang lebih rendah, serta naluri dan watak manusia yang lebih luhur selalu berjuang mengatasi satu sama lain, yang tidak ubahnya dengan peperangan yang lazim kita kenal selama ini, kedua pihak yang dilukiskan dalam peperangan ini tidak lain daripada kekuatan jahat (yang mewakili hawa nafsu, loba, dansebagainya) melawan kekuatan mulia (suci hati,tanpa egisme dansebagainya)yang harus kita sadari.perbandingan (simili) yang besar ini ialah melukiskan bahwasanya Duryodana adalah merupakan kekuatan-kekuatan jahat yang ada pada diri kita ini dan Arjuna mewakili kekuatan-kekuatan mulia sedangkan Krisna merupakan jiwa yang bersemayam dalam diri setiap manusia makaitu Krisna menganjurkan  Arjuna untuk melawan kekuatan-kekuatan jahat ini “Bila hanya untuk memuaskan rasa ke-Aku-anmu engkau berpikir, aku tidak mau bertempur, ini adalah keputusan yang sia-sia, sifat prakriti akan memaksa dirimu “(XVIII.59). sebabKrisna sendiri tahu bahwa Arjuna sendiri merupakan perwujudan daripada naluri dan watak yang mulia, yaitu prakriti yang dikuasai oleh sattvika. 
untuk menaklukan kekuatan jahat yang ada dalam diri kita ini Bhagawadgita mengajarkan kita supaya melaksanakan yoga. Yoga dalam arti yang sederhana adalah bersatu dengan Tuhan dengan jalan mendisiplinkan diri untuk mencapaiNya.dan Bhagavadgita sendiri adalah merupakan buku petunjuk yang praktis untuk melaksanakan yoga ini. terpisahnya jiwa kita dengan jiwa (Atman) yang langgengdan terbatasnya jiwa kita ini oleh badan jasmaniyang memisahkan diri kita dengan tuhan(Brahman)adalah disebabkan oleh ketidak tahuan kita yang dibungkus olehke-aku-an kita sendiri. hal ini harus kita sadaridan satu-satunya jalan untuk kesadaran tersebut adalah yoga.sebenarnya kata yoga tersebut berarti jalan, dan agama hindu menagkui segala jalan yang ditempuh untuk bersatu dengan Tuhan, namun demikian jalan utama  untuk mencapainya adalah yoga ,
yaiu yang sebut : jnana yoga (jalan ilmu pengetahuan)
                            karma yoga ( jalan tindakan kerja )
                           Bhakti yoga (jalan kebaktian dan kasih sayang )
Kulminai (puncak tertinggi)dari yoga ini tiba pada satu titik dimana seperti di katakana oleh Krisna “dengan segera ia menjadi orang yang berjiwa kebenaran dan mencapai kedamaian yang kekal abadi, ketahuilah wahai Kuntiputra,dengan pasti penganut-penganutKutidak akan termusnahkan”(IX.31).yang mengantarkan orang ketujuan yang tertinggi bersatu dengan tuhan.
dengan jalan melaksanakan yoga, orang akan menemukan mutiara-mutiara kebajikan dan etika moralyang dengan indahnya dilukiskanoleh Bhagavadgita dalam Bab percakapan ke-dua dengan judul ‘samkhya yoga’. Bagi penganut ajaran Bhagavadgita,kepada mereka yang hendak menempuh kehidupan baru untuk berumah tangga beberapa hari sebelum upacara perkawinan diharuskan membaca dan meresapkan benar-benar akan arti Bab samkhya yoga ini untuk dipetik nilai-nilainya yang mulia.


betapa tidak sebab bhagavadgita mengajarkankepada kita bahwasanya etika moral dan kerohanianadalah hal yang bersifat universal, sama dengan alam kosmos ini yang bukan suatu ilusi (maya) belaka melainkan suatu kenyataan hidup yang mengalir dan tumbuh dari dari alam semesta itu sendiriyang dinamakan Prkritiyang berpangkal dari Brahman, hidup membesar dan kemudian menemui keasriannya, dahanya tumbuh ke atas dan ke bawah di besarkan oleh Guna.objek indria sebagai kuncupnya dan akarnya menyebar kebawahmenumbuhkan kegiatan kerja dalam dunia manusia, bentuknya tidak dapat dibayangkan disini,pucuk batang dan pangkalnya juga tiada ;setelah menumbangkan astawa yang berakar kuat ini dengan memakai kapak ketidak terikatan kerja” (XV.2 dan 3),

demikianlah etika moraldan kerohanian dilukiskan oleh Bhagavadgita sebagai sebatang pohon spirituil Astawa secara alegoris menggambarkan organism kehidupan yang berakar  di atas dan berdahan, ranting dan daun di bawah.
bagi Bhagvadgita manusia ideal didalam dunia ini  ialah ia yang berbudi pekerti harmonis yang aktif bekerja bagi kemanusiaan, yang berusaha keras bagi emansipasi jiwanya, memiliki ilmupengetahuan tentang atman(jiwa) dan berbakti kepada Tuhan.
Dia yang seperti inilah yang akan mencapai tujuan tertinggi yaitu pelepasan atau Moksha,terbebas dari siklus kelahiran dan kematian yang berarti berakhirnya segala kepahitan dan  kedukaan hidup. itulah yang disebut nirwana! kata Krisna kepada Arjuna  ;” Ia yang menemui kebahagiaan pada dirinya, tenteram pada dirinya,cahaya pada dirinya, yogi yang beginilah yang menjadi suci, memasuki nirwana bersatu dengan ilhi”…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar